Seorang Ibu & Nalurinya

 

Ibu, karena mu aku terlahir di dunia. Terima kasih atas segala bentuk didikan yang telah engkau beri; terima kasih atas kasih sayang yang tiada habis tercurah; terima kasih atas segalanya yang sepertinya saya mempunyai keterbatasan untuk menyebutkannya satu-persatu, tidak lain karena kebaikan yang tanpa batas mengalir begitu deras kepada anakmu yang membebankan ini. Maaf Ibu, anakmu yang dibilang beranjak dewasa ini kadang kala bahkan sering menyulitkan disaat kondisimu pun penuh daya dan upaya untuk terus hidup dan bangkit. Ucapan terima kasih seribu kali dengan nada suara yang mendayu-dayu pun takkan bisa membayar semua kebaikan serta ketulusanmu. Semoga engkau sehat selalu dan terus berusaha untuk tidak merasa lelah dalam mendoakan setiap langkah anakmu dalam mengibarkan sayap setinggi langit. 

Semangat yang engkau beri sangatlah membuat hati yang redup seketika menerbitkan sebuah pelangi dan senyum manis yang sangat elok setelah badai menghampiri dan menghantam begitu keras pada diri. Langkah demi langkah terasa sangat memberatkan pundak tanpa adanya motivasi yang engkau berikan, Ibu. Semoga anakmu dapat memeluk dunia dengan sekuat tenaga sebagai tameng yang biasa engkau peragakan. Sungguh, pembelajaran hebat selalu engkau curahkan tentang bab kemandirian. Tentang bagaimana dua kaki yang harus bisa berdiri seimbang dengan meminimalisir potensi jatuh yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Bahwa ketergantungan tidak akan mendewasakan yang memiliki makna kemandirian diciptakan atas kemauan diri untuk tidak merepotkan pihak manapun. 

Ya, kita sebagai makhluk sosial pasti akan selalu membutuhkan uluran tangan dari manusia lain dan hal ini adalah tugas anda untuk dapat memfilter hal-hal yang dirasa akan merepotkan orang lain atau sebaliknya. Simpel atau terkesan kompleks itu bertumpu pada cara anda menyikapi dalam mempelajari bab ketergantungan. Tetapi yang perlu diingat adalah seberapa mandirinya anda, anda tetaplah membutuhkan  seorang Ibu terlebih lagi doanya. Doa Ibu dinilai sangat mustajab karena derajat seorang Ibu ada disisi Allah SWT. Diibaratkan sebuah internet yang kerap menjadi sumber segala informasi, apakah internet dapat terkoneksi secara stabil dan dengan sinyal yang bagus tanpa adanya tower? Tentu tidak. Internet akan selalu membutuhkan tower sebagai penangkap sinyal. Semoga anda dapat memahami secuil analogi tersebut. 

Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidak ada doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro).

Maka dapat kita pahami bersama bahwa doa dari orang tua sangatlah mustajab baik doa tentang kebaikan dan keburukan. Maka dari itu kita sebagai anak wajib untuk menjaga tutur lisan dan sopan santun kepada orang tua, terlebih seorang Ibu yang telah mengandung 9 bulan dan juga melahirkan kita dengan penuh susah payah. Sangatlah sakit dan membuat hati teriris apabila hentakan suara merujuk kepada seorang wanita yang telah mengandungnya selama 9 bulan. Pelan dan lembutkan suaramu ketika berbicara atau berinteraksi dengan darah dagingmu sendiri, Nak. Tutur yang pernah dilontarkan oleh malaikat tak bersayap.

Lalu, mari berkenalan sedikit seputar biografi Ibu dan nalurinya. Naluri memiliki pancaran aura yang sangat indah apabila pembawaan alami pada seseorang dapat tercipta. Dorongan bergerak begitu tulus tanpa disadari oleh hati untuk berbuat suatu kebaikan. Insting kuat sebagai serangkaian aktivitas impulsif yang secara aktif terkoordinasi sehingga menghidupi jiwa sebagai penerang kegelapan. Sungguh besar kontribusi seorang Ibu dalam menemani setiap pengalaman-pengalaman hebat yang dilalui seorang anak. Naluri seorang Ibu sungguh nyata, dimana seluruh pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh perempuan semata-mata memang jalan kodratnya. 

Terima kasih wanita hebat, semoga engkau selalu dikuatkan pundaknya untuk menjalankan amanah besar sebagai karunia yang diberikan oleh-Nya.


Isti Nurhalisah, 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Jalan Pikiran

Too Many Reasons Behind One Decision

Berdikari: Tanda Jiwa Yang Kuat